Menciptakan karya seni sama artinya dengan menciptakan dunia - Wassily Kandinsky, Concenrning Spiritua In Art.
"Temanku jago bermain musik, tapi kok aku gak bisa? Kakakku bisa melukis dengan sempurna, kok aku cuma bisa menggambar dua gunung? Dia bisa menulis novel terkenal, sedang aku cuma bisa nulis stastus doang. Apa aku tidak punya sisi kreatif?"
Umumnya, hampir semua orang berpikir bahwa seorang kreatif identik dengan menghasilkan mahakarya. Melihat orang lain bisa melakukan hal-hal kreatif sering kali membuat kita semakin menciut. Permasalahannya terkadang kita tak mampu mengidentifikasi kemampuan kreatifitas pada diri sendiri, alhasil bakat terpendam pun semakin terkubur rapat.
Pengenalan akan potensi yang ada pada diri sendiri sebaiknya disadari sedini mungkin, baik itu dengan bantuan orang lain atau dengan menggalinya sendiri. Pemahaman terhadap kreatifitas itu sendiri penting, agar pemikiran kita tidak hanya terpaku pada hal kreatifitas mendasar tentang bagaimana menciptakan lagu-lagu hits atau lukisan-lukisan mahal.
Meta Wagner dalam bukunya What's Your Creative Type? Mengatakan bahwa semua orang kreatif, hanya jenis kreatifitas serta cara mengekspresikannya yang berbeda.
Kurang lebih ada lima kategori kreatifitas yang dibagi dalam buku ini.
Pertama: Sang Primadona, merupakan tipe kreatif yang menghasilkan karya karena ingin menuai pujian. Orang dengan tipe ini menumpuhkan perjuangannya pada hasil akhir ketimbang proses. Mereka beranggapan hasil akhir adalah kejayaan sesungguhnya.
Kedua: Sang Artisan, kalau sang primadona lebih memandang hasil akhir, maka sang artisan adalah kebalikannya. Orang dengan tipe ini memang menghargai pujian, tetapi menjadi kreatif adalah untuk kepuasan diri sendiri. Sebut saja Jane Austen penulis novel Pride and Prejudice yang karyanya baru dicetak menggunakan namanya setelah ia meninggal.
Ketiga: Sang Pembuat Perubahan, sifat orang dengan kategori ini tidak melakukan hal-hal yang begitu-begitu saja. Mereka menuntut perubahan yang memberi kesenangan. Sang pembuat perubahan yang gemar keluar genre salah satunya ada dalam diri Sylvia Plath.
Keempat: Sang Perasa, cenderung menjadi kreatif saat mengalami masa-masa sulit, perpisahan, penolakan, kehilangan, penderitaan dan tragedi. Setiap emosi yang dirasakan dituang dalam bentuk kreasi. Mereka percaya bahwa kreatifitas seperti ini dapat menyelamatkan mereka dengan mengekspresikan diri secara jujur. Contonya seperti penyanyi Adele yang merefleksikan pengalamannya pada album 21 nya.
Kelima: Sang Aktivis, tidak bisa tinggal diam saat melihat ketidakadilan. Mereka percaya bahwa seni bisa menghentikan perang, memerdekakan yang tertindas, membela hal-hal sipil. Mereka mengkritik dengan sangat anggun. Aku pribadi mencontohkan Iwan Fals dalam kategori ini.
Sebuah buku pengembangan diri seperti ini tepat untuk memperkaya pandangan kita dan belajar bagaimana menghadapai hambatan dalam berkreasi. Selain itu ketersediaan ide-ide dan latihan-latihan serta pelajaran bisa diambil dari beberapa tokoh yg diperoleh dari esai maupun jurnal bisa sangat membantu dalam proses memantapkan kreatifitas yang sudah dimiliki. Bahkan, secara keseluruhan ini bisa menjadi sumber bacaan bagi yang masih bingung 'saya bisanya apa ya?' untuk mengenali potensi dan kapasitas kreatifitas yg masih tertidur.
Komentar
Posting Komentar